Tentang Tidak Merasa Sedih
Sebuah hal yang abstrak, tetapi mampu menggerakkan milyaran manusia di dunia ini untuk terus mengejarnya; kebahagiaan.Siapa sih yang tidak ingin merasa bahagia? Sepertinya hampir tidak ada, atau bahkan tidak ada seorang pun yang tidak ingin tidak merasa bahagia. Sama halnya denganku. Belakangan ini, si dia, kecemasan, kerap kali menghampiri dan diam dalam jangka waktu yang lama. Sering kali suasana hati diajaknya bermain roller coaster. Fluktuasi emosi tidak terhindar dan memorakporandakan pikiran ini. Tidak mudah dan tidak ada yang dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi. Padahal semua pada akhirnya bermuara pada kesedihan.
Dari mana asalnya kesedihan? Banyak yang menduga bahwa kesedihan sering kali datang dari ekspektasi yang dititikberatkan di luar diri sendiri. Mungkin ini tidak sepenuhnya salah dan tidak sepenuhnya benar. Tidak ada manusia yang tidak berekspektasi pada pribadi di luar dirinya sendiri. Akan tetapi akan menjadi keliru bila untuk merasa bahagia, kita menggantungkannya pada orang lain. Yang hadir hanya ada kecewa, kecewa, dan kecewa.
Maka berekspektasilah, berharaplah pada orang yang juga mengharapkanmuPerihal berekspektasi tidak pernah jauh dari rasa sedih yang bisa saja datang setelahnya. Sama juga dengan rasa bahagia yang juga bisa hadir dalam ekspektasi itu. Tetapi lepaskanlah ekspektasi itu jika yang ada hanya kubangan air mata di ujung hari. Buang jauh-jauh ekspektasi itu. Setelah itu, banyak orang yang berlari menuju kutub yang berlawanan dari rasa sedih, yaitu rasa bahagia. Setiap orang berjalan, tergopoh-gopoh, jatuh dan bangun lagi demi mencapai tujuan itu; kebahagiaan. Tapi bagiku perjalanan itu terlalu jauh dan sulit untuk ditempuh. Ya, keniscayaan mungkin menanti diujung jalan, tapi realitas menghalangi pandanganku dari harap akan kebahagiaan. Jadi kupersingkat perjalananku, dan terhenti pada tidak merasa sedih.
Bagiku tidak merasa sedih, untuk mayoritas waktu yang telah terlewati, adalah rasa yang cukup. Cukup untuk mengubur kubangan air mata. Cukup untuk menghibur jiwa yang lara. Tidak merasa sedih juga membuka kesempatan pada rasa lainnya untuk singgah, tidak hanya rasa bahagia. Tidak jarang aku juga menghindari untuk merasa bahagia karena semesta sering memainkan kuasanya atas rasa bahagiaku. Sering kali bahagiaku hadir bersamaan dengan kesedihan. Apa rasanya, tanyamu? Akupun tak tahu.
Di ujung malam yang sudah dinantikan sang fajar kesedihanku berlabuh. Tidak, ini bukan berarti rasa sedih itu hilang begitu saja, seperti kapal yang berlabuh dan ditinggalkan penumpangnya, siap untuk berpetualang di daratan. Tetapi berusahalah. Tidak ada yang salah dari usaha. Dalam perjalanan usahamu, berusahalah untuk berharap, walau hanya sekecil cahaya yang berusaha menyeruak masuk ke dalam realitas yang telah membutakanmu dari harap. Harap untuk merasakan rasa yang lebih besar dari tidak merasa sedih. Temukanlah ekspektasi yang lebih besar dalam dirimu sendiri. Berekspektasilah untuk memiliki diri yang lebih baik dari ini. Berekspektasilah pada dirimu sendiri untuk berbahagia. Percayalah pada dirimu yang sebenarnya mampu untuk membahagiakan dirimu sendiri. Bantulah dirimu keluar dari kubangan kesedihan itu.
Lalu, berharaplah kepada kedua kakimu untuk menuntun pada petualangan merasa lainnya.
3.22am
After a week full of excessive sadness.
Comments
Post a Comment